Roket V2
roket milik Nazi jerman yang kontroversial saat perang dunia ke-2 (klik gambar untuk info lebih lanjut)
Friday, November 5, 2010
Pesawat Epoxi Kejar Komet Hartley 2
Posted by Rifky on 6:34 AM
Peristiwa pendekatan pesawat ruang angkasa ke komet ini akan menjadi catatan sejarah. Untuk kelima kalinya komet tersebut dipotret dengan jarak dekat dan untuk pertama kalinya pesawat yang sama mampu memotret dua komet. Sebelum memotret komet Hartley 2, misi Epoxi yang merupakan kelanjutan misi Deep Impact telah digunakan untuk memotret komet Tempel 1.
Observasi komet Hartley 2 menggunakan Epoxi dimulai pada tanggal 5 Sepertember lalu. Sementara, masa pesawat mulai memasuki wilayah yang dekat dengan komet (encounter phase) akan dimulai pada tanggal 3 November 2010 mendatang, saat pesawat ruang angkasa itu berjarak 18 jam dari inti komet.
Saat pesawat ruang angkasa ini memasuki encounter phase, ia akan mengarahkan dirinya ke komet, memancarkan dua cahaya tampak dan satu infrared ke arah komet. Posisi itu akan terus berlanjut hingga kurang lebih 24 jam dari awal encounter phase.
"Saat itu, pesawat akan mengambil semua citra komet dan menyimpannya di dua komputer yang telah dipersiapkan. Beberapa jam kemudian, pesawat akan mulai mengarahkan dirinya ke bumi sehingga semua citra bisa dikirim ke bumi. Pada saat yang sama, pesawat masih akan mengambil citra-citra baru dari komet," kata Tim Larson, manager proyek Epoxi dilansir situs Badan Antariksa AS (NASA).
Setelah semua citra terkirim, karakter dari nukleus komet Hartley akan mampu teridentifikasi. "Setelah gambar didapatkan, kami akan mampu membedakan karakter nukleus komet Hartley dengan komet Temple 1," kata Mike A'Heam, kepala tim investigasi yang berasal dari Universitas Maryland, AS.
Masa-masa menunggu Epoxi sampai ke titik terdekat dengan Hartley 2 akan sangat menegangkan bagi para anggota tim. Pasalnya, Epoxi sebenarnya bukan sebuah pesawat ruang angkasa baru yang khusus dirancang untuk meneliti komet Hartley 2 sehingga semua kemungkinan bisa terjadi.
EPOXI sebelumnya bernama Deep Impact yang sudah menyelesaikan misi sebelumnya pada 4 Juli 2005. Namun, kondisi pesawat ruang angkasa tersebut masih bagus. Dengan mendaur ulang Deep Impact menjadi Epoxi, NASA mampu menghemat 90 persen pembiayaan untuk misi sejenis. Komet Hartley 2 kebetulan tengah melintas pusat tata surya dan sempat berada pada jarak terdekat dengan Bumi sejauh 18 juta kilometer minggu lalu.
credit : kompas.com
Robot Astronot Dikirim ke Luar Angkasa
Posted by Rifky on 6:31 AM
Setelah persiapan panjang selama 15 tahun, robot humanoid menyerupai astronot yang didesain untuk melakukan misi di luar angkasa telah siap diluncurkan. Robot yang disebut Robonaut 2 ini akan digunakan untuk membantu misi para astronot yang terlibat dalam penerbangan pesawat ulang-alik Discovery yang akan diluncurkan minggu depan.
Robot humanoid pertama untuk misi ruang angkasa ini hanya terdiri dari bagian atas manusia. Robot tersebut dibuat oleh NASA dan General Motor untuk membantu kerja astronot dalam mengerjakan dan memperbaiki Stasiun Luar angkasa Internatinal atau ISS (International Space Station). Robot itu terutama akan diminta melaksanakan tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam kondisi yang terlalu beresiko dilakukan manusia.
Nantinya, sesaat setelah mendarat di stasiun ruang angkasa, robot ini akan mengikuti serangkaian tes untuk menguji kemampuannya bekerja di lingkungan tanpa gravitasi. Pengembang robot ini sendiri selama tahun depan akan akan mengembangkan fungsi robot sehingga mampu melakukan tugas-tugas yang bervariasi, seperti mengangkat barang-barang tertentu dan membantu pekerjaan rumah tangga.
Untuk melaksanakan misinya ke luar angkasa, robot yang dibuat dengan dana 2,5 juta dollar AS ini akan dikemas dalam kemasan kotak berisi semacam gabus di bagian dalamnya. Nantinya, akan butuh beberapa jam untuk mengeluarkan robot dari kotaknya dan beberapa menit untuk mengaktifkannya. Setelah dites, pengembang robot akan memulai memberikan tugas-tugas yang mudah dahulu.
Berbicara tentang pembuatan robot ini, Kepala Divisi Automasi, Robotik dan simulasi NASA di Johnson Space Center, Houston, mengungkapkan, "Sejak awal, ide penciptaannya adalah membuat robot yang mampu melakukan tugas-tugas manusia dengan cekatan. Pada saat yang sama, robot itu harus bisa dipercaya dan melakukan tugas dengan tepat."
Robonaut 2 memiliki keistimewaan dibandingkan dengan robot lainnya. Ia memiliki jari tangan layaknya manusia serta telapak tangan yang lembut sehingga mampu memegang dan menggenggam objek tertentu. Selain itu, robot ini juga dilengkapi dengan sensor untuk tujuan keamanan. Jika robot memegang objek yang tak dikehendaki, misalnya kepala si astronot, robot ini diprogram untuk menghentikan gerakannya. Sementara, bila ada sesuatu yang menghantam robot dengan tenaga cukup kuat, robot akan secara otomatis "shut down".
Untuk saat ini, Robonaut 2 mungkin hanya memiliki bagian atas tubuh manusia saja sehingga ia tak bisa bergerak. Di masa mendatang, bagian bawah robot akan dikembangkan sehingga membuatnya mampu bergerak di dalam maupun di luar stasiun luar angkasa.
Jika anda ingin mengetahui tentang robot ini, anda mungkin bisa mengikuti twitter si robot dengan ID @AstroRobonaut. Robot ini telah menjadi anggota Twitter sejak Juli lalu.
Robot humanoid pertama untuk misi ruang angkasa ini hanya terdiri dari bagian atas manusia. Robot tersebut dibuat oleh NASA dan General Motor untuk membantu kerja astronot dalam mengerjakan dan memperbaiki Stasiun Luar angkasa Internatinal atau ISS (International Space Station). Robot itu terutama akan diminta melaksanakan tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam kondisi yang terlalu beresiko dilakukan manusia.
Nantinya, sesaat setelah mendarat di stasiun ruang angkasa, robot ini akan mengikuti serangkaian tes untuk menguji kemampuannya bekerja di lingkungan tanpa gravitasi. Pengembang robot ini sendiri selama tahun depan akan akan mengembangkan fungsi robot sehingga mampu melakukan tugas-tugas yang bervariasi, seperti mengangkat barang-barang tertentu dan membantu pekerjaan rumah tangga.
Untuk melaksanakan misinya ke luar angkasa, robot yang dibuat dengan dana 2,5 juta dollar AS ini akan dikemas dalam kemasan kotak berisi semacam gabus di bagian dalamnya. Nantinya, akan butuh beberapa jam untuk mengeluarkan robot dari kotaknya dan beberapa menit untuk mengaktifkannya. Setelah dites, pengembang robot akan memulai memberikan tugas-tugas yang mudah dahulu.
Berbicara tentang pembuatan robot ini, Kepala Divisi Automasi, Robotik dan simulasi NASA di Johnson Space Center, Houston, mengungkapkan, "Sejak awal, ide penciptaannya adalah membuat robot yang mampu melakukan tugas-tugas manusia dengan cekatan. Pada saat yang sama, robot itu harus bisa dipercaya dan melakukan tugas dengan tepat."
Robonaut 2 memiliki keistimewaan dibandingkan dengan robot lainnya. Ia memiliki jari tangan layaknya manusia serta telapak tangan yang lembut sehingga mampu memegang dan menggenggam objek tertentu. Selain itu, robot ini juga dilengkapi dengan sensor untuk tujuan keamanan. Jika robot memegang objek yang tak dikehendaki, misalnya kepala si astronot, robot ini diprogram untuk menghentikan gerakannya. Sementara, bila ada sesuatu yang menghantam robot dengan tenaga cukup kuat, robot akan secara otomatis "shut down".
Untuk saat ini, Robonaut 2 mungkin hanya memiliki bagian atas tubuh manusia saja sehingga ia tak bisa bergerak. Di masa mendatang, bagian bawah robot akan dikembangkan sehingga membuatnya mampu bergerak di dalam maupun di luar stasiun luar angkasa.
Jika anda ingin mengetahui tentang robot ini, anda mungkin bisa mengikuti twitter si robot dengan ID @AstroRobonaut. Robot ini telah menjadi anggota Twitter sejak Juli lalu.
Emisi Roket Bisa Picu Perubahan Iklim
Posted by Rifky on 6:24 AM
Keinginan manusia untuk mengunjungi ruang angkasa bisa menimbulkan dampak buruk. Berdasarkan penelitian terbaru, karbon hitam yang diemisikan oleh roket bisa berpengaruh pada perubahan iklim secara global dalam beberapa dekade mendatang. Para peneliti itu mempublikasikan hasil penelitiannya di Jurnal Geophysical Research Letter, yang terbit Oktober 2010.
Berdasarkan pada hasil penelitian itu, jelaga yang diemisikan oleh roket akan terakumulasi di ketinggian 40 km, tiga kali lebih tinggi dari ketinggian penerbangan pesawat penumpang. Tak seperti jelaga pesawat penumpang yang diemisikan di lapisan bawah atmosfer dan akan segera terurai dalam hitungan minggu, jelaga yang diemisikan oleh roket akan tetap bertahan di lapisan atmosfer yang tinggi, yaitu stratosfer.
Jelaga yang tertahan akan menghalangi sinar matahari yang memasuki bumi. Pada akhirnya, hal itu akan berpengaruh pada perubahan iklim secara global. "Respon pada perubahan iklim pada emisi karbon hitam dalam jumlah yang relatif kecil sangat mengejutkan," ungkap Michael Mills, peneliti dari National Center of Atmospheric Research (NCAR), Boulder, Colorado. Emisi di satu titik saja akan berpengaruh pada iklim dalam cakupan yang luas.
Menggunakan model komputer dari atmosfer bumi, para ilmuwan itu membuktikan bahwa temperatur bagian bumi yang berada di bawah lapisan jelaga akan menurun sebesar 0,7 derajat Celsius, sementara Antartika (kutub selatan) akan memanas 0,8 derajat Celsius.
Sementara itu, wilayah khatulistiwa akan kehilangan 1 persen ozon dan daerah kutub akan memiliki tambahan ozon sebesar 10 persen. Efek global dari hal tersebut adalah meningkatnya jumlah panas matahari yang tertahan di atmosfer. Itu artinya, jelaga tersebut berkontribusi pemanasan global.
Studi sebelumnya yang dilakukan Martin Ross dari Aerospace Corporation in Los Angeles, California pada tahun 2009 mengungkapkan bahwa jelaga roket berbahaya karena langsung dikeluarkan di lapisan stratosfer, tempat dimana ozon berada. Lewat hasil studi ini, ia berharap dapat mengkoordinasikan para ilmuwan, insinyur dan pemilik bisnis penerbangan roket ruang angkasa agar dapat mendiskusikan hal ini.
Ross dan timnya mendasarkan prediksi mereka pada perkembangan bisnis penerbangan roket ruang akasa pada tahun 2020. Penerbangan roket saat ini mengemisikan sepersepuluh dari jumlah yang digunakan untuk dalam penelitian ini.
credit : KOMPAS.COM